Pemilu Presiden 2014 yang akan segera digelar pada 9 Juli
mendatang, telah banyak menyajikan calon – calon terbaiknya untuk memenangkan
Pemilu 2014. Telah terdaftar sebanyak 15 partai peserta Pemilu 2014 yang siap
mencalonkan jagoan – jagoannya. Dalam
kurun waktu 6 bulan terakhir, kita seperti sedang dijejali dengan banyak iklan
– iklan partai maupun calon presiden. Para peserta Pemilu 2014 memang sedang
gencar – gencarnya dalam mempromosikan diri untuk mendapatkan tempat tertinggi
di Pemilu 2014. Hampir diseluruh pelosok gang dan jalan dapat kita temui
sticker, bendera partai ataupun spanduk
– spanduk partai politik. Bahkan, dapat kita jumpai juga beberapa rumah ataupun
kendaraan umum yang di cat atau ditempeli sticker lambing partai maupun foto –
foto para calon presiden yang menjadi jagoan dari setiap partai.
Kegencaran
partai politik dalam melakukan kampanye memang wajar dilakukan setiap kali
menjelang pemilu. Namun, apakah kegencaran partai politik dalam melakukan
kampanye mendapatkan umpan balik yang positif dari masyarakat? Sekilas memang
cukup banyak masyarakat yang terlibat dalam memberikan dukungan dalam kampanye
partai politik. Namun, sebenarnya hampir 50% peserta kampanye yang mengikuti
kampanye partai politik hanya mengincar uang dan souvenir partai yang dibagikan
saat kampanye. Miris memang jika kita harus melihat pesta demokrasi yang
diwarnai dengan ketidak jujuran.
Jika
kita menggunakan akal sehat dalam melihat realita sosial tersebut, tentu kita
dapat menilai bahwa KKN di negeri ini memang sangat sulit dihapuskan. Belum
mendapatkan jabatan presiden saja, para petingggi partai politik dan para calon
presiden sudah melakukan tindak KKN dengan memberikan sogokan kepada masyarakat.
Bagaimana jika mereka benar – benar terpilih dan memimpin negeri sekaya negeri
kita ini? Mau dibawa kemana negeri ini? Bahkan ada beberapa Capres dan Cawapres
yang memang telah memiliki stasiun televisi dan membuat kuis mengenai
Indonesia. Memang sekilas, tidak ada salahnya jika membuat suatu acara kuis,
terlebih kuis tersebut menanyakan pertanyaan mengenai budaya maupun pengetahaun
umum mengenai Indonesia. Namun, disela – sela kuis tersebut menggunakan
password dengan inisial dari Capres dan Cawapres yang menyelenggarakan kuis
tersebut. Nah, masalahanya niat mempromosikan
diri secara lebih cerdas dan kreatif, malah berujung pada KKN yang memang jelas
ditulis di UU Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu yang jujur dan
adil. Asa kejujuran dan keadilan dalam pesta politik di Indonesia memang telah
banyak ternoda dengan keegoisan dan keserakahan dari para peserta pemilu.
Jika
kita melihat dari kaca mata psikologis, para peserta Pemilu terlalu bersikap
agressif dalam menjatuhkan lawan politiknya. Hal ini harusnya dapat dihindari
karena sudut pandang masyarakat dapat berubah menjadi buruk dalam melihat
kepribadian para calon pemimpin mereka. Ada baiknya dalam melakukan kampanye
yang lebih efektif, para peserta pemilu menggunakan pendekatan Humanistik yang
dibuat oleh Abraham Maslow. Yang mana di dalam teori tersebut disebutkan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Kebutuhan kebutuhan tersebut ialah Kebutuhan fisiologis atau dasar, Kebutuhan akan rasa aman, Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi, Kebutuhan untuk dihargai, Kebutuhan untuk aktualisasi
diri.
Melalui teori piramida kebutuhan
Maslow, kita dapat menyimpulkan bahwa jika para calon pemimpin bangsa ini ingin
melakukan Kampanye yang efektif, sebaiknya mereka terlebih dahulu memenuhi
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dari masyarakat sehingga nantinya
mereka dapat kembali mendapatkan kepercayaan dar masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, para calon pemimpin kita dapat melakukan kamapanye dengan
turun langsung dalam membagikan makanan pada rakyat miskin, korban bencana
serta daerah – daerah terlupakan seperti daerah perbatasan negara dan daerah
Timur Indonesia. Sikap merakyat inilah yang sangat didamba oleh masyarakat
Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, para calon pemimpin dapat
melakukan komitmen untuk melakukan Pemilu yang jujur dan adil. Hal ini penting,
karena dengan melakukan Pemilu yang jujur dan adil, kericuhan pasca Pemilu dan
ketidakpuasan para pendukung partai dapat diminimalisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar