Rabu, 28 Mei 2014

Perang Politik JOKOWI dan PRABOWO



Menjelang datangnya pesta demokrasi yang tinggal 2 bulan lagi, telah terdaftar 2 pasang calon presiden dan wakil presiden . Jokowi –Jusuf Kalla (JK), dan Prabowo – Hatta Rajasa adalah dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang siap bertarung dalam memperebutkan posisi utama di Republik Indonesia. Visi – misi, janji politik dan citra baik dari setiap calon telah dipersiapkan sebagai amunisi dalam memenangkan pertarungan politik di 2014 ini. Seketika wajah ibukota dan kota – kota besar menjadi berubah. Bendera partai, poster, reklame, sticker menghiasi lingkungan di sekitar kita. Iklan televisi dan di radio yang menyuarakan perubahan dan janji politik dari masing – masing calon, bermunculan seakan tak kenal lelah.
Jokowi dan Jusuf Kalla (JK), merupakan calon presiden dan wakil presiden yang cukup di idolakan oleh masyarakat. Jokowi yang memiliki rapor baik dalam kiprahnya di dunia politik ketika memimpin Solo dan Jakarta, menjadi calon presiden yang saat ini sangat digemari. Sedangkan wakilnya JK, adalah seorang mantan politikus golkar, yang kini mengikuti kiprah Jokowi dalam membangun Indonesia. Jusuf Kalla juga memiliki rapor baik dalam pemerintahan ketika menjabat sebagai wakil presiden di era pemerintahan SBY jilid 1.
Di kubu lain, Prabowo dan Hatta Rajasa yang memiliki dukungan besar sebagai calon presiden dan wakil presiden 2014, memiliki keyakinan penuh untuk dapat memengangkan pertarungan dan mengalahkan popularitas Jokowi sebagai calon presiden. Prabowo yang merupakan mantan petinggi TNI, dianggap memiliki kemampuan dan ketegasan yang dapat membawa perubahan baik bagi Indonesia. Di sisi lain, Hatta Rajasa juga memiliki karir bagus di bidang politik. Beliau sempat menjabat sebagai menteri perhubungan di era pemerintahan SBY jilid 1 dan beliau juga merupakan orang kepercayaan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di balik kebaikan dan keunggulan dari kedua belah pihak, terselip juga rumor dan kasus – kasus yang menyandung para calon pemimpin bangsa tersebut. Dalam masa Pemilu ini, terselip juga berbagai aksi kampanye hitam dari simpatisan ataupun kandidat dari kedua belah pihak. Serangan berupa cekalan akan ketidak islaman Jokowi, menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan media saat ini. Selain itu, terdapat juga serangan dari simpatisan Jokowi yang mengungkit kembali mengenai kasus pelanggaran HAM yang menjerat Prabowo ketika di era Orde Baru, serta kasus penabrakan yang dilakukan oleh anak dari Hatta Rajasa yang kasusnya tiba – tiba hilang dan tidak dikenakan hukuman pidana. Serangan dari Prabowo juga sempat terjadi di beberapa pidato kampanye-nya. Sedangkan di pihak Jokowi bersikap santai dalam menghadapi pemberitaan yang ada , namun Jusuf Kalla yang bertindak sebagai calon wakil, lebih bersikap membantah dan menetralkan serangan yang diberikan kepada pihaknya.
Jika kita memandang serangan dari simpatisan Prabowo – Hatta dalam menjatuhkan citra Jokowi dengan menyerang agama yang di anut oleh Jokowi, memang sangatlah tidak masuk akal. Hal ini sesuai dengan teori sosiologi yaitu conflict theory. Yang mana, pihak prabowo melakukan pembenaran akan sesuatu yang salah dan dianggap tidak masuk akal, untuk melindungi kepentingan dirinya. Pada kasus ini, pembenaran terjadi pada keyakinan sang simpatisan dan pihak Prabowo akan persyaratan memeluk agama Islam untuk menjadi pemimpin di Republik Indonesia. Hal ini tentu tidak masuk akal karena Indonesia adalah negara Demokrasi yang mengakui keberadaan 6 agama yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Kong Hu Chu.  Walaupun mayoritas agama didominasi kaum muslim, serangan politik dengan membawa konteks agama, tetaplah tidak dapat diterima dalam konteks negara demokrasi yang mengakui keberadaan 6 agama.
Perang Politik 2014 memang semakin panas. Bakal calon pemimpin bangsa juga makin memperkuat dukungan. Entah Jokowi – JK ataupun Prabowo – Hatta yang berhasil memenangkan perang politik 2014, kita tak pernah tahu. Yang pasti kita adalah penentu akan nasib bangsa kita di 5 tahun kedepan. Suara anda dan suara saya adalah penentu bagi nasib kita. Dengan membaca artikel ini, semoga dapat semakin membuka wawasan berpikir politik anda dan saya, untuk tidak mudah terprovokasi oleh kampanye hitam dari kedua calon. Tetaplah berpegang pada pilihan politik anda dan bukalah diri anda untuk dapat mentoleransi segala keberagaman yang ada di Indonesia. Janganlah jadikan perbedaan agama, ras, budaya, warna kulit, sebagai penghalang untuk kita menempuh Indonesia yang lebih baik. (Hernando)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar