Jumat, 30 Mei 2014

Peran Psikologi Sosial Dalam Kehidupan Multi Etnis di Indonesia



Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki keberagaman sosial yang tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui jumlah suku di Indonesia yang menyebar di seluruh kawasan nusantara. Keberagaman sosial dalam masyarakat Indonesia menghasilkan pola – pola perilaku serta budaya yang beragam pula. Keberagaman sosial  tersebut harus dipertahankan dalam rangka menjaga dasar identitas diri dan integrasi sosial. Keberagaman dalam masyarakat Indonesia, seharusnya menjadi suatu identitas bagi seluruh rakyat Indonesia dan menjadi semangat dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan. Namun pada kenyataanya,keberagaman tersebut malah menjadikan perpecahan antara kelompok tertentu. Hal ini disebabkan karena egoisme kelompok serta permasalahan silang budaya yang tidak terjembatani dengan baik.
 Keberagaman dalam masyarakat Indonesia  Proses penjembatanan bagi persilangan budaya dapat diawali dengan pengenalan ciri khas budaya tertentu, terutama psikologi masyarakat yaitu pemahaman pola perilaku masyarakatnya. Peran media massa dan sosial media yang kini berkembang di masyarakat juga dapat ikut ambil bagian dengan melakukan sensor secara substantif dan distributif, sehingga dapat menampilkan informasi apresiatif tehadap budaya masyarakat lain.
Masih tak lekang dalam ingatan kita, beberapa tahun lalu, beberapa tahun lalu telah terjadi kerusuhan antar – etnis di Ambon, Sampit, dan juga Poso. Selain itu, ada juga kasus lain yang sempat menggemparkan masyarakat Indonesia yaitu kasus unjuk rasa yang menuntut pembangunan Provinsi Tapanuli yang berujung dengan meninggalnya ketua DPRD Sumatera Utara.
Pada dasarnya seluruh permasalahan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia, dapat diatasi melalui peran dari psikologi sosial. Adapun beberapa teori yang dapat digunakan psikolog sosial dalam mengatasi permasalahan dalam masyarakat Indonesia, seperti Intergroup Theory, Peace Theory, Culture Psychology dan Community Psychology. Hanya saja, pada kenyataannya inti dari teori – teori tersebut belum melekat dalam diri dan kehidupan masyarakat Indonesia.
 
            Melalui teori identitas sosial, kita dapat melihat bahwa individu cenderung untuk mencari identitas sosial yang positif dan meningkatkan identitas kelompoknya untuk membedakan diri dengan kelompok lain. Etnosentrisme melihat Bahwa hubungan antar kelompok umumnya terjadi karena kecendrungan kelompok memandang dirinya sebagai pusat dari segalanya, sehingga terjadi In group favoritism dan berekembangnya stereotype tertentu terhadap kelompok lain.
            Budaya etnosentrisme inilah yang memang telah mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia. Perasaan senasib dan seperjuangan memang menjadikan budaya etnosentrisme semakin kuat. Masyarakat Indonesia, dirasa belum mampu mentoleransi perbedaan dan keberagaman yang ada di sekitar mereka.
            Peran psikolog sosial di Indonesia memang dirasa belum efektif. Hal ini dikarenakan sulitnya sosisalisasi serta keterlambatan psikolog sosial di seluruh bagian nusantara dalam mencium masalah – masalah yang sedang berkembang dan memanas di masyarakat. Memang tak adil rasanya, jika kita hanya membebankan kesalahan tersebut kepada psikolog sosial. Kita sebagai masyarakat Indonesia juga seharusnya memahami perbedaan yang ada di antara kita dan meningkatkan rasa toleransi serta kontrol diri agar tidak terjebak dalam etnosentrisme.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia belum mampu mengatasi serta mentoleransi segala perbedaan yang timbul dalam masyarakat. Peran psikolog sosial juga dirasa belum efektif dikarenakan kurangnya dukungan dari media massa serta masyarakat dalam mencegah konflik yang ada. (Hernando)

Rabu, 28 Mei 2014

Perang Politik JOKOWI dan PRABOWO



Menjelang datangnya pesta demokrasi yang tinggal 2 bulan lagi, telah terdaftar 2 pasang calon presiden dan wakil presiden . Jokowi –Jusuf Kalla (JK), dan Prabowo – Hatta Rajasa adalah dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang siap bertarung dalam memperebutkan posisi utama di Republik Indonesia. Visi – misi, janji politik dan citra baik dari setiap calon telah dipersiapkan sebagai amunisi dalam memenangkan pertarungan politik di 2014 ini. Seketika wajah ibukota dan kota – kota besar menjadi berubah. Bendera partai, poster, reklame, sticker menghiasi lingkungan di sekitar kita. Iklan televisi dan di radio yang menyuarakan perubahan dan janji politik dari masing – masing calon, bermunculan seakan tak kenal lelah.
Jokowi dan Jusuf Kalla (JK), merupakan calon presiden dan wakil presiden yang cukup di idolakan oleh masyarakat. Jokowi yang memiliki rapor baik dalam kiprahnya di dunia politik ketika memimpin Solo dan Jakarta, menjadi calon presiden yang saat ini sangat digemari. Sedangkan wakilnya JK, adalah seorang mantan politikus golkar, yang kini mengikuti kiprah Jokowi dalam membangun Indonesia. Jusuf Kalla juga memiliki rapor baik dalam pemerintahan ketika menjabat sebagai wakil presiden di era pemerintahan SBY jilid 1.
Di kubu lain, Prabowo dan Hatta Rajasa yang memiliki dukungan besar sebagai calon presiden dan wakil presiden 2014, memiliki keyakinan penuh untuk dapat memengangkan pertarungan dan mengalahkan popularitas Jokowi sebagai calon presiden. Prabowo yang merupakan mantan petinggi TNI, dianggap memiliki kemampuan dan ketegasan yang dapat membawa perubahan baik bagi Indonesia. Di sisi lain, Hatta Rajasa juga memiliki karir bagus di bidang politik. Beliau sempat menjabat sebagai menteri perhubungan di era pemerintahan SBY jilid 1 dan beliau juga merupakan orang kepercayaan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di balik kebaikan dan keunggulan dari kedua belah pihak, terselip juga rumor dan kasus – kasus yang menyandung para calon pemimpin bangsa tersebut. Dalam masa Pemilu ini, terselip juga berbagai aksi kampanye hitam dari simpatisan ataupun kandidat dari kedua belah pihak. Serangan berupa cekalan akan ketidak islaman Jokowi, menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan media saat ini. Selain itu, terdapat juga serangan dari simpatisan Jokowi yang mengungkit kembali mengenai kasus pelanggaran HAM yang menjerat Prabowo ketika di era Orde Baru, serta kasus penabrakan yang dilakukan oleh anak dari Hatta Rajasa yang kasusnya tiba – tiba hilang dan tidak dikenakan hukuman pidana. Serangan dari Prabowo juga sempat terjadi di beberapa pidato kampanye-nya. Sedangkan di pihak Jokowi bersikap santai dalam menghadapi pemberitaan yang ada , namun Jusuf Kalla yang bertindak sebagai calon wakil, lebih bersikap membantah dan menetralkan serangan yang diberikan kepada pihaknya.
Jika kita memandang serangan dari simpatisan Prabowo – Hatta dalam menjatuhkan citra Jokowi dengan menyerang agama yang di anut oleh Jokowi, memang sangatlah tidak masuk akal. Hal ini sesuai dengan teori sosiologi yaitu conflict theory. Yang mana, pihak prabowo melakukan pembenaran akan sesuatu yang salah dan dianggap tidak masuk akal, untuk melindungi kepentingan dirinya. Pada kasus ini, pembenaran terjadi pada keyakinan sang simpatisan dan pihak Prabowo akan persyaratan memeluk agama Islam untuk menjadi pemimpin di Republik Indonesia. Hal ini tentu tidak masuk akal karena Indonesia adalah negara Demokrasi yang mengakui keberadaan 6 agama yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Kong Hu Chu.  Walaupun mayoritas agama didominasi kaum muslim, serangan politik dengan membawa konteks agama, tetaplah tidak dapat diterima dalam konteks negara demokrasi yang mengakui keberadaan 6 agama.
Perang Politik 2014 memang semakin panas. Bakal calon pemimpin bangsa juga makin memperkuat dukungan. Entah Jokowi – JK ataupun Prabowo – Hatta yang berhasil memenangkan perang politik 2014, kita tak pernah tahu. Yang pasti kita adalah penentu akan nasib bangsa kita di 5 tahun kedepan. Suara anda dan suara saya adalah penentu bagi nasib kita. Dengan membaca artikel ini, semoga dapat semakin membuka wawasan berpikir politik anda dan saya, untuk tidak mudah terprovokasi oleh kampanye hitam dari kedua calon. Tetaplah berpegang pada pilihan politik anda dan bukalah diri anda untuk dapat mentoleransi segala keberagaman yang ada di Indonesia. Janganlah jadikan perbedaan agama, ras, budaya, warna kulit, sebagai penghalang untuk kita menempuh Indonesia yang lebih baik. (Hernando)

Sabtu, 12 April 2014

Sujono " Belajar dari Serangga"


Sumber : Penamotivasi.wordpress.com
“Kita sebenarnya bisa belajar dari serangga.” Begitulah ujar Sujono, lelaki berusia 43 tahun yang berprofesi sebagai seniman di Dusun Keron, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Beliau terlahir di dalam keluarga sederhana yang tinggal di antara lereng Gunung Merapi – Gunung Merbabu. Terlahir di dalam keluarga petani, namun beliau memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat serangga. Ya, serangga yang biasanya menjadi Hama pengganggu bagi sebagian besar petani, namun menjadi guru bagi dirinya.
Dalam melihat serangga, sebagian besar manusia hanya melihatnya sebelah mata. Mereka tidak mampu melihat keindahan dan pola – pola perilakunya yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan manusia. Namun melalui serangga, Sujono malah belajar unruk berkreasi. Beliau membagikan segala keindahan, karakterisitik serta nilai – nilai yang ada dalam hidup serangga melalui seni.
Dalam berkesenian, beliau membuat topeng – topeng wajah serangga. Selain topeng wajah serangga, beliau juga membuat wayang dan tarian. Dalam membuat tarian – tarian serangga, Sujono bekerja sama dengan beberapa seniman tari di Nusantara. Dalam memainkan wayang ataupun menari tarian serangga, Sujono dituntut untuk dapat menonjolkan dan menggambarkan setiap karakteristik serangga yang diperankan secara spesifik. Hal itu bukanlah menjadi halangan bagi Sujono, namun malah menjadi tantangan tersendiri baginya.
Dalam bereseni, Sujono ingin mengajak seluruh manusia terutama masyarakat Indonesia untuk tetap mencintai alam. Bagi Sujono, mencintai alam itu tidaklah sulit. Kita bisa memulainya dari hal kecil. Bagi petani, kita bisa kembali melakukan pertanian organic untuk tetap bersahabat dengan alam. Dewasa ini memang sebagian besar petani banyak menggunakan pertanian modern yang banyak memakai zat kimia dan bibit yang sudah direkayasa genetic-nya. Penggunaan zat kimia pada sistem pertanian tidak hanya membunuh serangga, tapi juga merusak kualitas tanah dan serta mengganggu kesehatan manusia. Hal ini terbukti dari kenyataan yang ada di lapangan. Warga desa yang seharusnya hidup lebih alami dan lebih sedikit terkontaminasi polusi dibanding masyarakat kota, namun malah memiliki tingkat kesehatan yang lebih buruk dari masyarakat kota. Salah satu contohnya adalah masyarakat usia 50 – 60 tahun di Dusun Keron mayoritas terserang penyakit stroke.
Sujono menambahkan, “Lewat pertanian organic orang belajar sabar. Belajar memeahami segala sesuatu perlu proses. Sebaliknya, dengan pertanian non - organik, orang hanya termotivasi melakukan sesuatu secara instan, berupaya yang paling mudah dan cepat demi hasil panen dan keuntungan sebanyak – banyaknya.
Kecintaan Sujono pada serangga sebagai objek seni-nya berawal dari seekor capung yang tanpa sengaja mengacak – ngacak rambutnya. Ketika itu, beliau yang sempat menganggur karena kejadian Bom Bali yang menyebabkan tak adanya pesanan patung lagi, Akhirnya kembali bertani sambil memahat patung di sela – sela kesibukanya. Nah, disaat memahat itu beliau diganggu oleh capung tersebut. Ketika beliau menangkap capung terebut dan menatapnya, beliau tiba – tiba tertarik terhadap keindahan dan perilakunya. Dari sanalah beliau mulai mengumpulkan serangga untuk diamati dan dijadikanya inspirasi dalam berseni. Akhirnya seni yang ditampilkan oleh Sujono tak hanya menampilkan keindahan, namun juga mengandung pesan moral dari kehidupan serangga. (Hernando)
Sumber : Kompas, Jumat, 11 April 2014, Hal 16

Kamis, 03 April 2014

Perang politik kok pake senjata ??


Sumber : Siarnusa.com
“Sungguh aneh tapi nyata”, mungkin adalah suatu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perang politik di tahun 2014. Pemilihan umum untuk lembaga legislatif tinggal menghitung hari. Jika kita menghitung dari sejak tanggal artikel ini diterbitkan, hari penentuan bagi sebagian besar caleg akan datang 5 hari lagi. 5 Hari tentu merupakan waktu yang sangat singkat bagi para caleg dan partai politik peserta Pemilu 2014. Terlebih waktu kampanye partai politik juga sudah mendekati akhir karena sudah mendekati masa tenang.
                Nah, mengapa saya mengatakan “sungguh aneh tapi nyata”? Jika kita melihat dari acara yang akan digelar pada tanggal 9 April mendatang, tentu kita sudah sama – sama tahu bahwa itu adalah acara Pemilihan umum Legislatif. Mendengar kata – kata Pemilu legislatif saja, tentu kita sudah dapat membayangkan mengenai pesta politik yang meriah dan dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun, siapa sangka dibalik kemeriahan pesta politik yang akan digelar oleh negeri kita tercinta ini, malah banyak memakan korban jiwa.
                Tidak rasional memang jika kita memikirkan mengenai korban jiwa yang muncul menjelang pagelaran pesta politik di Indonesia. Terlebih korban tersebut berasal dari anggota partai politik peserta Pemilu 2014. Salah satu kasus yang belum lekang dari ingatan kita adalah kasus penembakan salah satu caleg di provinsi Aceh. Kabar ini sempat menggemparkan berita di dunia pertelevisian serta surat kabar nasional. Setelah kasus pembunuhan tersebut terjadi, ternyata di susul juga oleh kasus – kasus serupa di beberapa daerah nusantara.
                Satu hal yang sampai sekarang tidak bisa diterima akal sehat saya adalah kenyataan bahwa ini adalah perang politik, bukanlah perang senjata. Lalu, mengapa yang malah terjadi adalah perang senjata?? Ini sudah menunjukan hilangnya moral dan rasionalitas dari calon – calon wakil rakyat. Memang kita tidak dapat menggeneralisasikan kepada seluruh calon wakil rakyat. Namun, kali ini saya ingin lebih berfokus pada partai politik yang kader partainya melakukan tindakan tercela tersebut.
                Melihat kondisi atmosfer politik Indonesia yang tidak stabil ini, saya sebagai bagian dari 250 juta masyarakat Indonesia merasa prihatin dengan hal tersebut. Mengapa?  Tentu karena fenomena ini menunjukan bahwa Indonesia kini, tidak hanya mengalami krisis pemimpin berkualitas namun juga mengalami krisis pemimpin yang bermoral dan rasional. Hal ini malah dapat mengurangi kepercayaan masyarakat dan meningkatkan pesimisme dalam diri masyarakat terhadap pemerintahan yang ada di Indonesia. Jika hal ini terjadi tentu efektivitas roda pemerintahan yang akan baru bergulir menjadi berkurang. Nah, lalu kepada siapa lagi bangsa ini dapat dipimpin dan apa gunanya ada pemerintah jika rakyatnya saja sudah kurang percaya terhadap pemerintah? Inilah yang perlu kita renungkan bersama, khususnya bagi para calon – calon wakil rakyat yang telah mencalonkan diri pada Pemilu 2014.
                Jika anda menyimak artikel ini dari awal, tentu anda akan menemukan statement saya mengenai krisis moral dan rasionalitas dari para calon wakil rakyat yang melakukan perang senjata. Sangat tidak masuk akal jika, rakyat Indonesia rela diatur  oleh seorang pembunuh. Terlebih orang tersebut membunuh lawan politiknya sendiri. Ini menunjukan rasa cemas yang berlebihan dan ketidak matangan visi, misi serta dukungan dari partai yang membuat para calon menjadi yakin akan kemampuan dan kredibiltasnya dalam membangun bangsa ini. Jika kita pikir dengan akal sehat, bagaimana para calon ini dapat membangun Indonesia yang mana memiliki pesaing dari luar negeri, sedangkan untuk melawan lawan politiknya saja ia harus mengambil jalan pintas dengan membunuh lawan politiknya.
                Kita sebagai masyarakat yang besar dan pintar, tentu seharusnya dapat menentukan pilihan secara objektif dan rasional. Sebaiknya kita juga tetap  berusaha bersikap optimis terhadap pemerintahan baru di periode 2014 – 2019, walaupun memang iklim politik kita mengalami banyak guncangan. Kita harus yakin, bahwa di antara banyaknya caleg yang buruk, masih terdapat orang – orang yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang tinggi untuk membantu pembangunan negeri ini. Salah satu pesan penting dari saya, gunakanlah hak pilih anda dengan baik dan benar, serta perhatikan visi-misi dari partai dan calonya sebagai pertimbangan kelayakan caleg untuk dipilih. Ingatlah sebagai masyarakat yang cerdas, sekecil apapun suara anda, dapat menentukan nasib dari negeri ini. (Hernando)

Selasa, 01 April 2014

Review Teater The Chronicle Of Pinnochio & Mulan


Sumber : art.uph.edu
                Tanggal 31 Maret 2014 kemarin, mungkin adalah tanggal perayaan Nyepi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat penganut agama Hindu di Indonesia. Namun, tanggal tersebut juga merupakan salah satu hari paling menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama pelajar. Mengapa?? Ya, karena perayaan Nyepi memang jatuh di hari senin sehingga terdapat liburan yang cukup panjang dari hari Sabtu hingga hari Senin. Namun bagiku, tanggal 31 kemarin adalah hari yang menyenangkan dan berbeda dari yang lainnya. Hal ini dikarenakan, aku berkesempatan bersama teman – temanku untuk menyaksikan pementasan teater “ The Chronicles Of Pinocchio & Mulan” yang bertempat di TIM. Pementasan Teater ini di tampilkan oleh mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Pelita Harapan (UPH).
                Pementasan Teater berjudul “The Chronicles Of Pinocchio & Mulan” dikemas secara apik dan sangat menarik. Pementasan Teater yang berlangsung sekitar 3 jam ini, dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama menampilkan 13 adegan dan di lanjutkan istirahat sepanjang 15 menit. Setelah istirahat, pertunjukan dimulai kembali dengan menampilkan 7 adegan. Di setiap adegan yang ditampilkan, diselingi oleh lagu - lagu yang sesuai dengan dialog.
                Pertunjukan Teater “The Chronicles Of Pinocchio & Mulan” dibuka secara unik melalui pertunjukan barongsai. Pertunjukan yang ditampilkan juga cukup menarik gelak tawa penonoton. Hal ini disebabkan ada gerakan – gerakan konyol yang ditampilkan oleh barongsai tersebut. Setelah itu, dilanjutkan dengan penayangan video mengenai komentar dari setiap pemain serta suasana ketika latihan teater. Sebagian besar pemain mengatakan bahwa tokoh – tokoh yang diperankan mereka memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Selain itu, cerita yang ditampilkan pada tetaer ini sangatlah menarik dan sulit diduga karena merupakan campuran dari cerita karakter “Walt Disney”yang digabung serta mengalami sedikit modifikasi.
                Cerita dimulai melalui perang yang dialami oleh kedua kerajaan di Cina. Dimana setiap peperangannya telah banyak memakan korban. Rakyat di kedua kerajaan mulai kelaparan dan kehilangan anggota keluarga mereka. Disisi lain, Pinochio sang boneka kayu diberi kesempatan untuk hidup oleh peri biru. Namun, di tengah kegembiraan nya itu, ayahnya “Gepeto” diculik oleh tokoh jahat yaitu Emperor of the night. Ditengah kegelisahan yang dialami Mulan dan Pinocchio, mereka terus berharap untuk dapat menghapus kegelapan yang melanda bumi.
                Suatu hari, Mulan sedang merenung di padang rumput saat tengah malam. Suratan takdir lah yang membawa Pinocchio  bisa menemukan Mulan. Pinocchio yang awalanya bersembunyi dibalik pohon, akhirnya menampakan diri dan menyapa Mulan yang sedang merenung. Melalui pertemuan ini, persahabatan antara mereka pun akhirnya terjalin. Melalui perbincangan mereka, akhirnya Mulan mengetahui cara untuk menaklukan kegelapan dan mengakhiri peperangan adalah dengan mencari cairan naga di sebuah gua di Negeri Selatan. Akhirnya Mulan dan Pinocchio serta 3 pengawal Mulan, berangkat mencari cairan naga.
                Ketika Mulan, Pinocchio dan 3 pengawalnya menccari cairan naga, keadaan politik di istana sangatlah berantakan. Sang raja yang sudah tua, memiliki kebijakan untuk mengakhiri perang. Beliau berpikir untuk menikahkan puteri nya dengan pangeran wentai dari kerajaan lawan. Mereka berdua telah menjalin cinta dan memutuskan akan menikah. Namun hal itu ditentang oleh putera pertama raja yaitu Laosi. Laosi akhirnya berekongkol dengan Emperor of the Night, untuk membunuh ayahnya dan menempati posisi raja. Setelah raja meninggal, Wentai yang merupakan calon suami dari puteri dikutuk menjadi patung batu oleh Emperor of the Night.
                Perjalanan Mulan, Pinocchio dan 3 pengawal(Yao, Po, Ling) tidaklah berjalan mulus. Mereka melewati berbagai rintangan berat dalam perjalananya. Mereka juga dihadang oleh 3 orang raksasa penjaga gua naga. Namun berkat ketangkasan dan kerja sama yang baik, mereka berhasil mengelabui ketiga raksasa dan mengambil cairan naga tersebut. Setelah cairan naga berhasil didapatkan, Pinochhio yang sudah dianggap sebagai saudara oleh Mulan dan Ketiga pengawalnya, diam – diam berkhianat dari mereka. Pinocchio mencuri cairan naga dari tangan Mulan ketika mereka semua terlelap dan memberikannya pada Laosi dan Emperor of The Night. Pinocchio melakukan hal keji tersebut, lantaran ingin menukarkan cairan naga dengan kunci emas untuk membebaskan ayahnya “Gepeto”. Akibat aksi nekat dari Pinocchio, Mulan dan 3 orang pengawalnya yang sedang terlelap di hutan, ditangkap dan akan dibunuh oleh Laosi sebagai imbalan atas kerjasama dari Emperor of The Night.
                Cerita berjalan makin panas ketika Laosi berlari sambil membawa pedang kea rah Mulan. Untuk membayar kesalahanya, Pinocchio yang berada tak jauh dari Mulan langsung berlari menghadang laju pedang. Akirnya Pinocchio mati tertusuk oleh pedang yang ditodongkan oleh Laosi. Tak puas hanya satu nyawa, Po yang merupakan salah satu pengawal Mulan pun dieksekusi oleh Laosi. Namun, ketika Laosi akan memenggal kepalanya, keajaiban muncul dan patung Wentai yang berdiri di belakang Po bergerak menusukan sebilah pisau ke tubuh Laosi. Akhirnya Laosi sekarat akibat dari luka yang cukup parah di tubuhnya. Mulan dengan sigap menyiram cairan naga untuk membunuh Emperor of the night dan peri biru juga muncul untuk membantu mengalahkan Emperor of the Night. Setelah kegelapan berhasil dikalahkan, Pinocchio pun hidup kembali dan akhirnya Wentai menikahi puteri untuk mengakhiri perang. Nasib Laosi pun akhirnya berakhir di penjara karena telah banyak melakukan kejahatan. Cerita pun berakhir dan ditutup kembali dengan atraksi barongsai.
                Dalam menyaksikan pertunjukan Teater “The Chronicle Of Pinocchio & Mulan”, banyak aksi yang lucu dan mengundang gelak tawa. Terutama aksi dari tokoh “Po” salah satu pengawal dari Mulan yang memiliki hobi makan. Aksi ketiga prajurit tersebut selalu dinanti dan mengundang kehebohan di studio teater Taman Ismail Marzuki. Secara garis besar, pertunjukan teater ini sangatlah bagus dan menarik. Wajar, seluruh kursi penonton penuh diisi oleh penonton dari segala usia. Hal ini semakin membuat saya menjadi merasa beruntung memiliki kesempatan untuk menyaksikan teater “The Chronicle Of Pinocchio & Mulan”. (Hernando)

Ketika Mulan bertemu Pinocchio

Gepeto, Raja, Ayah Mulan

Ketika Pinocchio diminta mencuri Cairan Naga

Ketika Pinochhio hidup kembali