Baru
belum lama kita digemparkan oleh kasus pembunuhan remaja yang dilatar belakangi
rasa cemburu. Ya, kasus pembunuhan Ade Sara yang sempat menggemparkan publik Indonesia
memang belum terhapus dari benak kita semua. Kasus pembunuhan yang menampilkan
kesadisan remaja terhadap mantan kekasihnya memang sangat jarang kita temui.
Namun, seperti tidak belajar dari pengalaman yang menimpa Ade Sara, kasus
pembunuhan serupa kini telah muncul lagi. Kali ini kasus pembunuhan melibatkan
3 orang korban yaitu Sony (19), Suryo atmojo (18), dan Mia (16).
Nasib
naas menimpa Mia (16) yang menjadi korban meninggal dari aksi peroyokan yang
dilakukan geng motor milik mantan Mia. Sedangkan 2 teman Mia yaitu Sony dan
Suryo Atmojo, mengalami luka yang cukup parah di sekujur tubuhnya. Sampai saat
ini, kedua korban selamat masih dirawat di rumah sakit sedangkan Jenazah Mia
kini telah dikebumikan.
Mia
meninggal dengan luka parah di bagian kepala. Kepala Mia dihantam dengan gir
motor hingga menancap. Selain itu Mia juga menjadi bulan – bulanan geng motor
milik mantanya tersebut ketika sudah terjatuh. Kedua teman Mia juga dikeroyok
habis – habisan oleh kelompok geng motor tersebut.
Menurut
hasil penyelidikan, kasus ini dilator belakangi rasa cemburu yang berlebihan
dari mantan Mia, yang berinisial “A”. Kecemburuan terjadiu karena Mia telah
memutuskan hubungan dengan “A”, dan kini menjalin hubungan asmara dengan Sony. Akibat
kecemburuanya itu, “A” mengajak seluruh anggota geng motor – nya untuk
menghabisi nyawa Mia dan kekasihnya. Keenam pelaku mengaku diajak oleh “A”
untuk melakukan pengeroyokan. Keenam pelaku pengeroyokan kini telah ditangkap
dan ditahan di Polres Cipete, sedangkan “A” masih menjadi buronan polisi hingga
saat ini.
Jika
dilihat dari kaca mata Psikologi, kesadisan yang muncul pada remaja – remaja tersebut
bisa disebabkan oleh pola pengasuhan yang salah, kekerasan di lingkungan sosial
- nya, ataupun karena pengaruh media massa dan media sosial. Fenomena
pengeroyokan ini merupakan salah
satu bentuk Agresi yang muncul pada diri kedua pelaku. Hal ini sesuai dengan
Teori Frustasi-Agresi Klasik yang menyebutkan bahwa agresi merupakan
pelampiasan dari perasaan frustrasi. Sesuai teori ini, kita dapat
mengidentifikasi akan rasa frustasi dari “A” yang merupakan mantan dari Mia.
Teman
– teman dari “A” dapat dengan mudah terprofokasi akibat dari pemahaman solidaritas
yang salah diantara mereka. Keberanian teman – teman “A”, untuk ikut menyerang
Mia dan kedua teman disebabkan oleh penghilangan identitas diri dari masing –
masing anggota geng motor. Maksudnya, setiap anggota menggunakan identitas sebagai
kelompok geng motor, bukan sebagai pribadi masing – masing. Sehingga jika salah
satu dari mereka membunuh korban pengeroyokan, maka yang disalahkan adalah geng
motor tersebut bukanlah sang anggota yang secara jelas melakukan pembunuhan.
Hal ini membuat para anggota geng motor tersebut menjadi lebih berani dan lebih
sadis, meskipun mereka semua tidak terlibat secara langsung dengan permasalahan
cinta dai “A” dan Mia.
Sumber : NON’STOP Jumat,
14 Maret 2014 Hal 10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar