Sabtu, 15 Maret 2014

Sang Dalang "Mohamad Tavip"


Sumber gambar : www.griyawisata.com
  "Kreator Wayang Tavip", begitulah judul artikel yang dilansir oleh Kompas yang merupakan salah satu surat kabar terkenal di Indonesia. Mohamad Tavip, yang lebih akrab dipanggil dengan nama Tavip, merupakan salah satu kreator wayang di Indonesia. Beliau membuat inovasi yang luar biasa di dunia perwayangan Indonesia. Inovasi yang dibuat oleh beliau berupa wayang yang dibuat dari bahan limbah  mika dan botol minuman plastik. Karena penggunaan bahan plastik dan mika, maka wayang yang dihasilkan berbentuk transparan. Wayang beliau diber nama Wayang Tavip oleh dosen pembimbingnya ketika melanjutkan studi S-2.
                Tak hanya berhenti pada bahan daur ulang yang digunakan oleh Tavip dalam membuat setiap karakter Wayang Tavip, Tavip juga telaten dalam memberikan warna dengan menggunakan spidol warna – warni pada setiap wayangnya. Melalui warna – warna yang cerah, permainan wayang yang di tampilkan oleh beliau menjadi lebih menarik. Selain memberi warna, beliau juga menggunakan lampu sorot (DC) sebanyak 12 titik untuk menyoroti layar. Layar yang digunakan oleh Tavip juga terbuat dari bahan parasut tanpa serat optik, sehingga cahaya tidak kembali dipantulkan. Cerita yang ditampilkan pada Wayang Tavip adalah cerita perjalanan hidup Tavip serta realita sosial yang ada di masyarakat.
                Terobosan lain yang dilakukan oleh Tavip adalah dengan penggunaan alat pemutar gambar untuk memkperkaya latar cerita yang ditampilkanya. Selain itu beliau juga sering menambahkan iringan musik modern baik dari negara barat, ataupun musik local. Hal ini memang merupakan sesuatu yang sangat unik dan mungkin yang pertama dilakukan di Indonesia. Permainan wayang yang ditampikan Tavip, membuat penonton merasa seperti sedang menonton televisi. Sebab, penonton dapat dengan langsung menikmati pertunjukan wayang yang memiliki efek warna pada setiap tokoh, memiliki latar cerita dan menggunakan lagu – lagu yang modern.
                Keberhasilan yang diraih Tavip, tidaklah semudah membalikan kedua tangan. Beliau terlahir di keluarga yang kurang mampu. Ketika SMP, Tavip kecil harus bekerja keras untuk membiayai sekolahnya sendiri. Tavip bekerja sebagai kernet truk pasir, kuli dan pedagang martabak. Setamat SMP, beliau sempat hampir putus sekolah. Namun bukan Tavip namanya jika tidak mampu mengubah keadaan. Beliau memutuskan untuk kursus menjahit dan membuka usaha jasa sebagai penjahit. Uang hasil menjahit, digunakan Tavip untuk biaya melanjutkan sekolah di STM pada jurusan bangunan gedung.
                Setamat STM, beliau hijrah ke kota kembang Bandung. Beliau bekerja sebagai mandor bangunan dan penjahit di kota Bandung. Beliau nekat menggunakan uang hasil kerja-nya untuk biaya kuliah di Akademi Seni Tari Indonesia. Tavip menamatkan pendidikanya pada tingkat sarjana muda (D3). Namun setelah lulus, ia dipekerjakan sebagai teknisi di jurusan Teater ASTI Bandung dan sebagian penghasialnya digunakan untuk melanjutkan pendidikan S-1. Akhirnya beliau dapat menamatkan kursi kuliah dan menjadi seorang dosen di ASTI dengan membuka Jurusan Seni Rupa Pertunjukan. Beliau juga sempat meraih gelar S-2 dibidang yang sama dan kini beliau tetap menjadi dosen serta seorang dalang yang memberikan warna baru bagi pertunjukan wayang di Indonesia. (Hernando)

Sumber : Kompas, Senin, 3 Maret 2014. hal 16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar