![]() | |
Sumber gambar : www.griyawisata.com |
"Kreator
Wayang Tavip", begitulah judul artikel yang dilansir oleh Kompas yang merupakan
salah satu surat kabar terkenal di Indonesia. Mohamad Tavip, yang lebih akrab
dipanggil dengan nama Tavip, merupakan salah satu kreator wayang di Indonesia.
Beliau membuat inovasi yang luar biasa di dunia perwayangan Indonesia. Inovasi
yang dibuat oleh beliau berupa wayang yang dibuat dari bahan limbah mika dan botol minuman plastik. Karena
penggunaan bahan plastik dan mika, maka wayang yang dihasilkan berbentuk
transparan. Wayang beliau diber nama Wayang Tavip oleh dosen pembimbingnya
ketika melanjutkan studi S-2.
Tak
hanya berhenti pada bahan daur ulang yang digunakan oleh Tavip dalam membuat setiap
karakter Wayang Tavip, Tavip juga telaten dalam memberikan warna dengan
menggunakan spidol warna – warni pada setiap wayangnya. Melalui warna – warna yang
cerah, permainan wayang yang di tampilkan oleh beliau menjadi lebih menarik.
Selain memberi warna, beliau juga menggunakan lampu sorot (DC) sebanyak 12
titik untuk menyoroti layar. Layar yang digunakan oleh Tavip juga terbuat dari
bahan parasut tanpa serat optik, sehingga cahaya tidak kembali dipantulkan.
Cerita yang ditampilkan pada Wayang Tavip adalah cerita perjalanan hidup Tavip
serta realita sosial yang ada di masyarakat.
Terobosan
lain yang dilakukan oleh Tavip adalah dengan penggunaan alat pemutar gambar
untuk memkperkaya latar cerita yang ditampilkanya. Selain itu beliau juga
sering menambahkan iringan musik modern baik dari negara barat, ataupun musik local.
Hal ini memang merupakan sesuatu yang sangat unik dan mungkin yang pertama
dilakukan di Indonesia. Permainan wayang yang ditampikan Tavip, membuat
penonton merasa seperti sedang menonton televisi. Sebab, penonton dapat dengan
langsung menikmati pertunjukan wayang yang memiliki efek warna pada setiap
tokoh, memiliki latar cerita dan menggunakan lagu – lagu yang modern.
Keberhasilan
yang diraih Tavip, tidaklah semudah membalikan kedua tangan. Beliau terlahir di
keluarga yang kurang mampu. Ketika SMP, Tavip kecil harus bekerja keras untuk
membiayai sekolahnya sendiri. Tavip bekerja sebagai kernet truk pasir, kuli dan
pedagang martabak. Setamat SMP, beliau sempat hampir putus sekolah. Namun bukan
Tavip namanya jika tidak mampu mengubah keadaan. Beliau memutuskan untuk kursus
menjahit dan membuka usaha jasa sebagai penjahit. Uang hasil menjahit,
digunakan Tavip untuk biaya melanjutkan sekolah di STM pada jurusan bangunan
gedung.
Setamat
STM, beliau hijrah ke kota kembang Bandung. Beliau bekerja sebagai mandor
bangunan dan penjahit di kota Bandung. Beliau nekat menggunakan uang hasil
kerja-nya untuk biaya kuliah di Akademi Seni Tari Indonesia. Tavip menamatkan
pendidikanya pada tingkat sarjana muda (D3). Namun setelah lulus, ia dipekerjakan
sebagai teknisi di jurusan Teater ASTI Bandung dan sebagian penghasialnya
digunakan untuk melanjutkan pendidikan S-1. Akhirnya beliau dapat menamatkan
kursi kuliah dan menjadi seorang dosen di ASTI dengan membuka Jurusan Seni Rupa
Pertunjukan. Beliau juga sempat meraih gelar S-2 dibidang yang sama dan kini
beliau tetap menjadi dosen serta seorang dalang yang memberikan warna baru bagi
pertunjukan wayang di Indonesia. (Hernando)
Sumber : Kompas, Senin, 3 Maret 2014. hal 16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar