Jumat, 07 Maret 2014

Sang Pahlawan Hutan Danau Rawet


Pahlawan Hutan Danau Rawet

sunber gambar :
angelaplt1995.blogspot.com/2014_02_01_archive.html
                Dugan Iris Iman, mungkin sebagian besar dari kita tidak mengenal beliau. Jelas saja, beliau hanya seorang warga biasa yang tinggal di Palangkaraya, Kalimantan Timur. Dugan Iris Iman, adalah seorang lelaki kelahiran asli kota Palangkaraya, Kalimantan Timur, yang kini telah menginjak usia 47 tahun. Namun, siapa yang menyangka seorang warga biasa mampu melakukan hal yang sangat luar biasa. Beliau mengabdikan hidupnya untuk mengurus suatu hal yang mungkin tak pernah terpikirkan dan tak pernah kita hiraukan selama ini.
                Dugan Iris Iman, mengabdikan sebagian bsar masa hidupnya untuk menjaga dan melestarikan hutan Danau Rawet di kota Palangkaraya. Sejak remaja beliau sering berkeliling dan mengamati perkembangan hutan Danau Rawet. Di dalam hutan seluas 8000 hektar itu, terdapat sebuah danau seluas 600 meter persegi. Selama Dugan menjaga dan mengawasi hutan Danau Rawet, beliau sering dipertemukan dengan para penebang liar, nelayan yang menggunakan racun, penyetrum ataupun bom ikan. Jika beliau menemukan para pelaku criminal tersebut, beliau langsung menegur dan melapor kepada polisi hutan.
                Dalam melakukan tugasnya, beliau membangun sebuah pondok di dekat danau. Hal ini dutunjukan agar beliau bisa terlindung dari panas dan hujan. Sebab, dalam satu bulan beliau hanya pulang 2- 3 hari sebelum akhirnya lembali lagi menjaga hutan Danau Rawet. Keluarga Dugan, juga mendukung kegiatan Dugan yang lebih sering menjaga hutan Danau Rawet. Terkadang, keluarga Dugan juga menemani Dugan untuk berjaga di pondok. Menurut Dugan, saat ini terdapat sekitar 15 orang yang sesekali membantu dan menemani beliau saat berjaga di pondok. Sungguh pengabdaian yang luar biasa yang dilakukan Dugan untuk menjaga kelestarian alam kota Palangkaraya.
                Dalam mejalankan kesehariannya, Dugan bekerja sebagai nelayan dengan pendapatan 1 – 2 juta per-bulan. Penghasilan sebagai nelayan memang dirasa kurang cukup untuk kebutuhan keluarga dan bertahan hidup di pondok. Dugan juga sering mendapatkan bantuan berupa makanan dan bahan bakar dari saudara dan kerabat dekatnya. Hal ini sungguh mampu mengurangi kesulitan Dugan dalam menjalankan tugasnya sebagai “Pahlawan “ bagi hutan Danau Rawet.
                Meski menjalani kehidupan yang sulit, Dugan telah mampu menyelesaikan kursi pendidikan di tingkat universitas. Ya, beliau merupakan seorang sarjana lulusan Fakultas Perikanan Jurusan Budaya Perairan di Universitas Kristen Palagkaraya. Bahkan, beliau mampu menyekolahkan 2 orang anaknya sampai sekarang. Sungguh luar biasa, seorang sarjana yang mungkin akan memiliki peluang besar di dunia kerja, malah memilih menggunakan ilmunya dalam melestarikan alam di hutan Danau Rawet. Bahkan, beliau telah bertekad untuk menjaga hutan Danau Rawet dengan keluarganya sampai akhir hayatnya.
                Melalui kisah beliau, kita dapat bayak belajar mengenai arti dari kehidupan. Beliau yang memiliki gelar sarjana, dan mungkin akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meraih kesempatan, namun memilih untuk menjaga dan melestarikan hutan. Beliau memilih untuk hidup sederhana namun tetap mengutamakan pentingnya pendidikan bagi dirinya ataupun masa depan anaknya. Dari kisah hidup beliau  kita dapat belajar bahwa uang bukanlah segalanya. Walaupun sebenarnya tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam kehidupan kita memang memang membutuhkan uang. Namun, dibalik itu semua masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengabdi kepada bangsa ini dan tidak berfokus hanya untuk mencari uang. Seperti yang dilakukan Dugan Iris Iman, suatu hal sederhana dengan mengabdi untuk menjaga hutan Danau Rawet sebagai warisan kepada anak dan cucu kita semua. (Hernando)
               
 Sumber : Kompas, Senin, 24 Februari 2014, hal 16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar